Kamis, 06 Maret 2025

RESEP MEMBUAT SATE MADURA


SATE KHAS MADURA

Sate ayam adalah salah satu makanan khas Indonesia yang terbuat dari potongan daging ayam yang ditusuk menggunakan bambu, kemudian dibakar di atas arang dan disajikan dengan bumbu kacang atau kecap. Biasanya, sate ayam disajikan dengan lontong atau nasi, serta pelengkap seperti bawang goreng, irisan cabai, dan acar timun.
Sate ayam paling terkenal berasal dari Madura, yang memiliki ciri khas bumbu kacang yang kental dan sedikit manis. Ada juga variasi lain seperti sate ayam Ponorogo yang menggunakan daging ayam utuh yang dipotong panjang dan dibumbui sebelum dibakar.


 Bahan-bahan:

  • 500 gram daging ayam (paha atau dada)
  • 20 tusuk sate
  • 2 sdm kecap manis
  • 1 sdm minyak goreng
  • 1 sdt garam
  • ½ sdt merica bubuk
  • ½ sdt ketumbar bubuk
  • 2 siung bawang putih, haluskan

Bahan Bumbu Kacang:

  • 150 gram kacang tanah, goreng dan haluskan
  • 3 siung bawang putih, goreng dan haluskan
  • 2 sdm kecap manis
  • ½ sdt garam
  • 1 sdm gula merah
  • 200 ml air matang
  • 1 sdm air asam jawa
  • 1 sdt minyak untuk menumis

 

Pelengkap:

  • Lontong atau nasi putih
  • Irisan bawang merah
  • Irisan cabai rawit
  • Jeruk limau


Cara Membuat:


1. Siapkan Daging:

Campur potongan ayam dengan kecap manis, minyak goreng, garam, merica, ketumbar, dan bawang putih halus.

Aduk rata dan diamkan selama 30 menit agar bumbu meresap.

2. Buat Bumbu Kacang:

Tumis bawang putih yang sudah dihaluskan hingga harum.

Masukkan kacang tanah halus, gula merah, garam, dan air.

Aduk rata dan masak hingga mengental, lalu tambahkan kecap manis dan air asam jawa.

Aduk kembali dan masak sebentar, kemudian angkat.

 3.Tusuk dan Panggang Sate:

Tusuk potongan ayam ke dalam tusukan sate.

Panggang di atas bara api atau teflon sambil dibolak-balik hingga matang dan berwarna kecoklatan.

Sesekali olesi dengan sisa bumbu marinasi agar lebih lezat.

4. Sajikan:

Tata sate di piring, siram dengan bumbu kacang, dan tambahkan kecap manis sesuai selera.

Sajikan dengan lontong, irisan bawang merah, cabai rawit, dan jeruk limau.



Sate ayam siap dinikmati.....!


Sabtu, 15 Februari 2025

Cinta di Antara Kita

Alya dan Bima telah bersahabat sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, berbagi mimpi, dan melewati masa-masa sulit. Bagi banyak orang, mereka seperti sepasang kekasih yang tak terpisahkan, tetapi kenyataannya lebih rumit dari itu.

Alya diam-diam mencintai Bima. Setiap kali Bima bercerita tentang gadis yang ia sukai, Alya hanya tersenyum, menyembunyikan perasaannya. Ia takut jika mengungkapkan perasaannya, persahabatan mereka akan hancur.

Di sisi lain, Bima mencintai seorang gadis bernama Karin. Karin adalah sosok yang ceria, penuh semangat, dan tampaknya menyukai Bima juga. Ketika akhirnya Bima dan Karin mulai berpacaran, Alya merasa dunianya runtuh. Namun, ia tetap tersenyum dan berkata, "Aku bahagia untukmu."

Waktu berlalu, hubungan Bima dan Karin mulai goyah. Mereka sering bertengkar, dan di setiap pertengkaran, Bima selalu datang kepada Alya. Ia menceritakan semua kekesalannya, mencari kenyamanan dalam kebersamaan mereka.

Hingga suatu malam, setelah pertengkaran hebat dengan Karin, Bima menatap Alya dengan cara yang berbeda. "Kenapa ya, aku selalu merasa lebih nyaman sama kamu?" tanyanya lirih.

Jantung Alya berdebar. Ia ingin berkata, "Karena aku mencintaimu," tapi ia menahan diri.

Namun, takdir punya cara sendiri. Suatu hari, Karin mengetahui bahwa Bima semakin dekat dengan Alya. Dengan air mata yang mengalir, Karin berkata, "Kamu tidak pernah benar-benar mencintaiku, kan? Selama ini, ada Alya di hatimu."

Bima terdiam. Ia mulai menyadari sesuatu yang selama ini ia abaikan—bahwa kebahagiaan sejatinya ada bersama Alya. Tapi ketika ia ingin memperbaiki semuanya, Alya malah pergi. Ia tak ingin menjadi alasan hancurnya hubungan orang lain.

Bima mencari Alya ke mana-mana, hingga akhirnya menemukannya duduk di taman tempat mereka biasa bermain dulu. "Kenapa kamu pergi?" tanyanya dengan suara bergetar.

Alya menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Karena aku tidak ingin mencintaimu dengan cara yang menyakiti orang lain."

Bima terdiam. Ia sadar, cinta itu bukan hanya tentang memiliki, tetapi juga tentang menghargai.

Apakah mereka akhirnya bersama? Tidak ada yang tahu. Mungkin, dalam kehidupan lain, mereka bisa mencintai tanpa ada hati yang tersakiti. 

Dua Pohon dan Janji Waktu

Di sebuah lembah hijau yang indah, berdiri dua pohon besar berdampingan. Pohon pertama adalah pohon ek yang kokoh dengan batang tebal dan daun lebat. Pohon kedua adalah pohon willow yang anggun dengan dahan panjang yang menjuntai ke tanah. Mereka telah tumbuh bersama sejak kecil, berbagi cerita tentang angin, hujan, dan sinar matahari.

Suatu hari, pohon ek berkata, "Aku ingin menjadi pohon yang kuat dan tinggi, agar bisa melihat dunia lebih luas." Pohon willow tersenyum dan menjawab, "Aku hanya ingin menjadi tempat berlindung bagi yang lelah dan sedih, memberikan ketenangan dengan ranting-rantingku."

Tahun demi tahun berlalu, pohon ek tumbuh semakin tinggi dan kuat. Burung-burung membuat sarang di dahan-dahannya, dan manusia berlindung di bawah bayangannya. Sementara itu, pohon willow tetap lembut dan tenang, menjadi tempat bermain anak-anak dan tempat istirahat bagi para musafir.

Namun, suatu ketika badai besar datang. Angin kencang mengguncang lembah, hujan deras turun tanpa henti. Pohon ek menegakkan tubuhnya dengan gagah, menantang badai, tetapi angin yang begitu kuat mulai meretakkan cabang-cabangnya. Sementara itu, pohon willow mengikuti gerakan angin, melentur dan bergoyang tanpa melawan.

Ketika badai berakhir, pohon ek kehilangan beberapa cabangnya, sementara pohon willow tetap utuh. Pohon ek menghela napas dan berkata, "Aku pikir menjadi kuat berarti tidak pernah menyerah. Tapi kau, dengan kelembutanmu, justru mampu bertahan lebih baik."

Pohon willow tersenyum dan berkata, "Kekuatan sejati bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang menyesuaikan diri dengan perubahan. Kita memiliki cara masing-masing untuk menghadapi dunia."

Sejak saat itu, pohon ek dan pohon willow semakin menghargai satu sama lain. Mereka tetap tumbuh berdampingan, saling menguatkan, dan menjadi saksi perjalanan waktu di lembah yang indah itu.